Inspirasi dan Motivasi yang Bermula dari KA Progo

>> Sunday, February 13, 2011

Suatu ketika seorang senior saya di kampus pernah berbagi pengalamannya. Ia bilang ke saya bahwa menjadi seorang Mahasiswa yang mendapat kesempatan untuk kuliah di Jogja merupakan suatu kebanggaan, dan menjadi Mahasiswa Jogja belum lengkap rasanya bila tak pernah naik Kereta Api (KA) Ekonomi. KA yang dimaksudnya itu adalah KA Progo. Saat itu saya hanya mengangguk-anggukkan kepala. Berpura-pura mengerti akan maksud dari senior saya itu, padahal saya sendiri merupakan mahasiswa perantauan dari Sumatera, Provinsi Riau, yang tak memiliki Kereta Api.

Dengan penuh semangatnya senior saya itu mulai bercerita ketika pertama kalinya ia naik KA Progo . Kebetulan Ia (senior) merupakan aktivis Mahasiswa, jadi sudah barang tentu sering naik KA Progo itu. Bagi seorang aktivis mahasiswa sepertinya, KA Progo merupakan alat transportasi yang selain hemat biaya, juga merakyat. Alasan merakyat ini diutarakannya karena dengan KA itulah Ia mengetahui banyak hal, bahwa masih sangat banyak masyarakat Indonesia yang hidup dalam keprihatinan. Ia juga bercerita bila ada aksi demonstrasi di Jakarta, maka sudah pasti KA Progo menjadi alat transportasi pilihan utama, selain bersahabat dengan kantong mahasiswa, juga karena satu gerbong KA itu dapat dimuati oleh banyak orang.

Dari awal saya sangat tertarik untuk naik KA, barangkali dikarenakan saya belum pernah naik KA. Ya, tak lain dan tak bukan karena di daerah saya, Riau, belum ada alat transportasi peninggalan pemerintahan kolonial Belanda itu. Semenjak cerita senior saya itulah, ada perasaan menggebu yang semakin membuat saya tertarik untuk naik KA, khususnya KA Progo, rasanya ada tantangan tersendiri untuk secepat mungkin bisa menaiki KA ekonomi itu. KA Progo merupakan Kereta Api yang melayani relasi perjalanan Yogyakarta (Stasiun Lempuyangan) - Jakarta (Stasiun Pasar Senen). Sebelum bernama KA Progo, KA ini bernama KA Empu Jaya. Kata Progo itu sendiri merupakan nama sebuah sungai di Provinsi DI Yogyakarta yang memisahkan dengan Kab. Kulon Progo dari Kabupaten Bantul dan Sleman.

Di akhir tahun 2009 atau tepat tiga bulan merantaunya saya ke Jogja, rasa penasaran untuk naik KA Progo itu akhirnya terobati. Saya memberanikan diri untuk berangkat ke Jakarta seorang diri. Sampai di Stasiun Lempuyangan, saya langsung bergegas membeli tiket. Saat itu pukul tiga sore. Tepat satu setengah jam sebelum keberangkatan Kereta. Gejolak semangat untuk naik KA Progo itu seakan sirna ketika petugas tiket memberitahu saya bahwa tak ada lagi tempat duduk yang tersisa. Namun rasa ingin untuk naik KA Progo itu tak dapat terhindarkan. Meskipun tanpa tempat duduk, saya tetap ngotot untuk berangkat dengan konsekuensi, badan akan pegal.

Di perjalanan itu, saya yang tanpa tempat duduk hanya bisa duduk bersela ataupun jongkok di lantai dan ketika pegal, saya kadang berdiri di samping gerbong pintu masuk. Mula-mula hal itu tak masalah, namun semakin lama pegal juga dan sejujurnya saya sedikit tak tahan dengan kondisi itu. Ingin rasanya untuk duduk, namun apa daya, jangankan duduk di tempat duduk, bergerak saja sulit karena gerbong sudah penuh disesaki penumpang. Setelah melewati beberapa stasiun suasana gerbong KA Progo itu semakin ramai. Semakin sesak. Banyak penumpang yang masuk. Pada saat itu yang saya lihat bukan hanya manusia saja yang masuk ke gerbong itu, namun banyak juga hewan-hewan ternak dari masyarakat seperti ayam dan kambing yang membuat suasanya di dalam gerbong KA Progo itu semakin maknyos. Suasana pada saat itu bercampur baur, aroma dan rasa di dalam gerbong itu sudah bercampur aduk, yang pasti sulit menemukan udara segar di dalam kereta itu.

Banyak pelajaran yang saya dapatkan dalam perjalanan tersebut. Saya semakin mengerti betapa sulitnya hidup di negeri ini. Barangkali, KA Progo merupakan cerminan dari sulitnya masyarakat berpenghasilan rendah. Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi kita untuk peka dan merasakan sulitnya kehidupan masyarakat sekitar.

Tulisan ini diperlombakan dalam kompetisi
ECC UGM

1 comments:

feraamelia Monday, February 14, 2011 10:09:00 PM  

blogwalking

saya belum pernah naik KA ekonomi
pernahnya bisnis, di KA bisnis oun kakyak gitu kondisinya, jadi lumayan bisa ngebayangin KA ekonomi. hehehe

Post a Comment

Blogger Friends

A Adni School Adam Wamback Arya Ari Laboh Asdiki Azizah Aje Ahlul Asma B Pesta Blogger C Cipuk D Dina mbah Doni Saktiawan Dewi Pertiwi Dewa Desi Martika E Eko Endi F Fajar Fadhil Thresna Fatahillah Akbar G Gibran H Hendrawan Hesa Hassan Harsya I Irene Adik J Joni K Kokok L Lagaligo M Multi N Novi_Nova P Piko Prayoga R Rifqi Ikhwanuddin S Sakeena U Ust Muallimin Y Yoyok Yogi Yugo
Copyrigth© 2008 7on1 Sponsored By Babussalam
MOHD. SULTHONI
Free, Independent & Do What He Wants to Do
Student @ Faculty of Law
5 Semester, Gadjah Mada University Live in Jogjakarta From Pekanbaru, Indonesia, ID
7on1@mail.com
Babussalam

  © Blogger template by Forza Internazionale 2011

Back to TOP