Bandung - Jogja (sakit) - Jakarta
>> Sunday, May 20, 2012
Bro, please cheer up! |
Malam ini saya masih setia di depan laptop yang juga setia menemani dan membersamai saya selama 3th terakhir ini. Nggak ada rasa ngantuk, padahal 20 menit lagi sudah tepat pukul 00.00 dini hari. Mungkin, dan itu pun hanya mungkin, partai Chelsea Vs Barca membuat rasa ngantuk ini sirna. Ahh, nggak mungkin! Jika saja Inter yang bertanding malam ini, sudah pasti saya akan terjaga sampai shubuh.
Well, selama bulan April skejul betul-betul "padat". Banyak hal yang saya lakukan. Pergi ke sana kemari, ke satu tempat ke tempat berbeda, sekedar mencari sesuatu yang terkadang usia dan apa yang saya cari sudah tak cocok lagi. Lebih tepatnya tak singkron lagi. Anyway, dimulai dari perjalanan mendadak ke Bandung. Sebenarnya tidak mendadak, sudah ada perencanaan sebelumnya. Mendampingi tim debat yang akan berkompetisi dalam lomba debat hukum nasional di FH Unpad. Selalu menjadi suatu hal yang menarik dan menyenangkan berada di Bandung dengan suhu dingin, sejuk, dan adem (sama aja ya?) sekaligus bertemu dengan teman-teman baru di sana. Berbagi pengalaman dan menjaring relasi.
Pulang dari Bandung (kalau gag salah hari selasa shubuh) saya langsung mandi dan bersiap ke kampus. Bintang, adik angkatan saya sudah mengesms berkali-kali, mengingatkan persiapan kompetisi debat hukum internal di kampus. Setelah mandi, saya merasa kurang enak badan dan memutuskan untuk terlebih dahulu beristirahat. Tak lama kemudian kondisi tubuh saya panas. Kepala pusing. Lalu saya menginformasikan kepada seorang sahabat di kampus bahwa saya gag bisa ke kampus karena kondisi fisik yang tak memungkinkan.
Sejak hari itu sampai tujuh hari ke depan saya sakit. Sakit yang bisa bikin stress! karena selain memakan waktu yang lama, saya juga harus "mendzholimi" teman-teman panitia debat internal. Padahal sebelum berangkat ke Bandung, saya dan bintang sudah berusaha keras mencoba mendekati beberapa dosen agar kesediannya untuk menjadi dewan juri. Dan tentunya juga saling koordinasi dengan "ibu agung", ibu dani, wadek cantik di kampus saya :p
Selama satu pekan di Jogja pasca kepulangan dari Bandung, saya tiba-tiba mendadak ke Jakarta. Kali ini bukan untuk lomba atau pun liburan, melainkan ada hal penting yang mesti dilakukan di kantor KPK. Padahal saat itu kondisi fisik saya baru saja membaik, secara kebetulan seorang teman yang kuliah di Kuala Lumpur datang ke Jogja untuk mengisi liburannya. Karena urusan yang sangat mendesak (ke KPK), dengan terpaksa saya mesti meninggalkan taman saya tersebut.
Selama tiga hari di Jakarta. Tiga hari di ibu kota bukan karena banyaknya urusan (di Kantor KPK cuma sehari) tapi karena nggak dapat tiket pulang ke Jogja. Tiket Kereta Api Eksekutif sudah ludes (habis). Wajar saja, karena pada saat itu situasi weekend. Oya, saya menyempatkan diri bertandang ke kantor Kaskus. Teman saya yang membawa ke sana. Tempatnya unik dan cukup menyenangkan berada di kantor komunitas forum online terbesar di Indonesia. Singkat cerita, akhirnya saya memutuskan pulang ke Jogja via perjalanan udara.
Ada cerita menarik ketika baru turun dari pesawat. Setibanya di Airport, ada seorang mba-mba yang relatif masih sangat muda sedang mengendong bayi, kira-kira usia bayi itu masih beberapa bulan. Sewaktu di pesawat, mba itu kebetulan duduk di dekat saya. Memang tidak bersebelahan, namun jarak kami cukup dekat. Singkat cerita, sewaktu berjalan ke tempat pengambilan barang bagasi, si mba tadi memanggil saya, meminta tolong agar saya bisa membawa tas bawaannya. Spontan, tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan permintaannya dan langsung membawa tas bawaannya itu. Hal itu ku lakukan karena merasa "kasian" melihat seorang wanita membawa banyak tas, sekaligus menjaga buah hatinya yang masih bayi. Sekilas ku lihat raut wajah mba itu, seperti setengah percaya kepada saya. Mungkin, dia kurang percaya karena melihat penampilan saya yang terkesan seperti "preman", rambut gondrong, bertopi, memakai jeans dan jacket hitam dengan kaos shirt di dalamnya. Puncak dari ketidakpercayaannya, ketika tak beberapa lama kemudian, dalam perjalanan mba itu meminta secara langsung tas bawaannya yang ku bawa. Ia rela membawa barang bawaanya yang banyak itu sendirian.
Barangkali, cerita tentang ketakutan mba itu ada benarnya juga. Mbanya "mungkin" nggak bakalan takut semisal saya tak "menyeramkan". Memakai pakain yang sedikit rapi barangkali dapat membuat orang lain memberikan penilaian berbeda tentang diri kita. Paling tidak, orang tidak memberikan penilaian negatif bahkan hingga merasa takut dan was-was terhadap kita.
0 comments:
Post a Comment