Trip to Sei Galuh "Reuni kls 1 SD"

>> Monday, June 22, 2009

Reunian itu akhirnya terwujud juga. Aku bersama teman-teman kelas 1 SD ku mungkin nggak akan pernah membayangkan kalau kiranya kami bisa berkumpul kembali setelah 12 tahun nggak pernah bertemu, jangankan bertemu komunikasi aja nggak pernah. Awalnya aku sempat berfikir untuk mengumpulkan teman-teman lama pasti sangat sulit sekali. Nggak mudah untuk bisa mengumpulkan mereka. Tapi, dengan sedikit kerja keras dan pengorbanan akhirnya semua itu bisa terwujud. Awalnya aku kepingin kami bertemu di Mall atau Cafe, tapi ada seorang temanku yang memberikan usul kalau reunian itu dibuat acaranya dan kita yang sebagain dari Pekanbaru bisa mudik ke Sei Galuh, sementara teman-teman yang di galuh tetap disana menunggu kedatangan kami.

Usul itu mulai ku pertimbangkan, aku coba bertanya kepada ibu dan ternyata beliau sangat setuju. Belum sampai disitu, aku coba menghubungi Amy dan Nana, jujur, aku sangat memaklumi mereka karena aku yakin mereka kurang setuju dengan usul tsb. Awalnya mereka memang sempat menolak, mereka lebih suka apabila ketemuannya di Cafe yang ada di Pekanbaru, salah satu alasannya suhu disana panas, ”panasnya beda banget lo Ton dengan disini”, kalimat itu yang terungakap dari Amy, temanku yang satu ini memang cewek banget, totally feminim. Tapi aku nggak mudah sepercaya itu dan tetap berusaha agar acaranya di Galuh. Perlahan tapi pasti sedikit demi sedikit mereka melunak, dengan keyakinanku akhirnya aku bisa meyakinkan mereka dan singkat cerita setelah aku bertemu dengan mereka, mereka langsung setuju dengan rincian pergi ke Galuh memakai satu mobil dan membawa makanan dari rumah masing-masing. Hari itu aku sangat sibuk, berbagai tempat ku jelajahi karena ada beberapa urusan yang harus kulakukan. Disaat aku sibuk, ketika menjelang maghrib aku mendapat telpon dari Amy mengenai makan siang yang direncanakan dibawa oleh masing-masing teman, ternyata Ia bilang Ibunya mau menanggung makan siang tersebut. Wah... jujur, aku sangat bersyukur mendengar itu, kalau dipikir-pikir memang sangat repot jika sempat membawa banyak makanan di mobil.

Dua hari menjelang hari H, aku dan anug sangat sibuk, oya Ririn juga ikut sibuk lo. Hari pertama kami langsung ke Galuh untuk memberikan informasi kepada teman-teman yang bisa dibilang cukup lama nggak pernah bertemu sebelumnya dan tentunya meyakinkan mereka mengenai acara tersebut. Awalnya kami nggak yakin mereka ada atau nggak ditempat, meskipun orangtuanya masih di Galuh tapi mereka tidak tinggal lagi disana karena mereka juga bersekolah di luar. Aku juga sudah lama sekali tidak bertemu dengan mereka mungkin sama halnya aku tidak pernah bertemu dengan Amy & Nana, tapi keberuntungan itu selalu ada dan Allah memudahkan urusan kami. Ketika kami kesana rupanya sebagaian besar dari mereka ada, mereka datang karena kebetulan libur, ”wah.. syukur bener ne”, dalam hatiku. Yang kedua, kami coba memberitahu acara ini kepada Ibunya Ririn, meskipun aku juga sempat menyinggung acara reunian ini kepadanya ketika kakak sepupuku menikah beberapa minggu lalu. Kami berharap kalau nantinya beliau bisa meminjamkan mobil untuk kami pergunakan. Awalnya aku nggak PD dengan olah kataku, apakah aku bisa mempengaruhi Ibu Ririn untuk meminjamkan mobilnya kepada kami? dan ternyata ibunya setuju karena pada hari H itu ayah Ririn juga ngambil off kerja. Setelah makan siang dan istirahat kami langsung mencari tempat yang akan dipergunakan nantinya untuk makan siang sewaktu acara reunian tsb. Awalnya kami salah tempat, kami salah masuk rumah, ini semua gara-gara Ririn, ”sok tau lo Rin!!!”, katanya itu rumahnya Pak Reswan (ayah Amy). Awalnya kami iseng-iseng aja ngambil gambar (motret) pohon gede disamping rumahnya yang kami rencanakan dijadikan tempat makan siang acara tsb. Ketika aku ngambil gambar... Ibu tuan rumah langsung keluar, pikirku itu hanya pembantu, hahaha.... rupanya salah, Ibu manajer inti, gayanya muke gile !!!
”Ini Ibu-ibu atau anak gadis yang baru ngenal dunia ya???" tanyaku dalam hati.
Tapi ibu itu ramah & baik kepada kami, ”Ibu pikir kalien ini Wartawan, sampai-sampai ngambil gambar rumah”. Ternyata sidik demi sidik, ibu itu kenal dengan Ririn.
Aku yang saat itu nggak tau apa-apa, langsung aja nanya ke pokok inti permasalahan, ”apa boleh bu, taman rumah ibu yang disamping kami gunakan buat makan siang, karena kami ada reunian gitu Bu???”
”Ya... boleh saja, nggak masalah kok”, jawabnya saat itu.
Singkat cerita, dari siang sampai sore kami banyak bertemu teman-teman dan orangtua mereka. Kami capek. Apalagi aku, mulut ini rasanya udah penuh dengan busa, hahaha... Ya mau gimana lagi, aku harus jadi Jubir atas acara ini. Setiap jumpa teman-teman dan ortu mereka aku harus jelaskan acara reuni itu dari A sampai Z dan tentunya mekanismenya juga. Akhirnya menjelang maghrib kami pulang ke Pekanbaru. Dalam perjalanan aku hanya berfikir tentang reunian itu. ”Mobil udah beres, teman-teman tinggal satu orang lagi yang belum dikasi tau karena dia di Pku (Hpnya hilang pula jadi kami ilang kontak), makanan udah beres, tempat sebenarnya udah beres t(api Amy sempat nelpon dan menolak di tempat awal), dan satu lagi kado untuk sekolah dan dua orang guru yang masih belum beres”.

Satu hari menjelang hari H, kami nyoba merampungkan hal-hal yang belum kelar. Paginya aku ngesms Anug dan minta waktu untuk bisa ketemuan, sepertinya Ia sibuk banget, aku lihat dari pakaianya masih memakai seragam sekolah dan ternyata dia juga ada beberapa kesibukan dan mau ngirim bahan SNM-PTN ke UIN. Aku sempat memintanya untuk meluangkan sedikit waktu merampungkan hal-hal yang belum kelar. Singkat cerita kami langsung kerumah Amy ngasi tau perkembangan dan meminta bantuannya lagi. Dari pertemuan itu kami sepakatkan kalau urusan kado, Amy yang mau berkorban, hehe... ya, syukur aja ada dia. Aku sempat bingung karena uangnya belum terkumpul dan nggak mungkinkan ngeroptin dia lagi karena sebelumnya dia juga udah nanggung makan siang. Setelah itu, kami berdua nyari alamat Ricas, waktu ke Galuh kemarin teman yang satu ini belum sempat kami kasi tau karena kami kehilangan kontak dengannya (Hpnya hilang). Sebelum itu kami sempat ke tempat bimbelnya Anug dan ngantarkan bahan SNM-PTN ke UIN, busyet... banyak kali yang mau ikut, lama juga antriannya. Akhirnya, sampai waktu Ashar kami mencari rumah Ricas tapi nggak ketemu-ketemu juga, alamat yang dikasi Oomnya Error, nggak jelas. Selepas shalat Ashar, kami pulang. Sebelum pulang kami sempat minum dan ngobrol sambil melepas lelah di SKA. Ya.. sekaligus liat-liat buku di Trimedia. Baru sekitar 15 menit baca buku, belum apa-apa Anug udah ngajak pulang, tapi aku tahu dia capek.

Hari itu hari jum’at, (19/06). Hari yang benar-benar ditunggu, seperti biasa aku bangun sebelum waktu shalat shubuh. Setelah selesai shalat shubuh, Aku langsung menelpon Anug untuk mengingatkannya agar tepat waktu, rupanya ia masih tidur. ”Ayo Sob cepatan bangun !!!”, teriakku di telpon.
Jam 6 pagi kami berangkat ke Galuh ngambil Mobil. Kalau dipikir-pikir, kami emang bulak-balik dari Pku ke Galuh, lalu menjemput teman-teman & Ibu lagi di Pku dan bersama-sama ke Galuh. “Nggak capek Nug, bulak-balik ??” tanya Ibuku dan Ibu wali kelasku, “Untuk ibu apa yang nggak Bu”, jawab Anug yang saat itu jadi supir kami.

Awalnya kami ingin menjemput Ririn, tapi udah berkali-kali di telpon nggak ada respon darinya, & jawaban terakhir... dia masih di Sudirman. Lalu kami alihkan perhatian menjemput Nana, yang sepertinya udah lama menunggu. Orang kedua yang kami jemput adalah Amy, ketika kami datang menjemput, aku melihat adik laki-lakinya yang ketika itu berada di depan pintu dan sepertinya mau pergi ke sekolah, “sepertinya dia udah nun
ggu lama”, dalam hatiku. Beberapa saat setelah ia masuk ke mobil, aku langsung singgung soal nasi goreng yang dibuatnya tadi malam, hahaha... ternyata bener-bener nggak ada, piring kotor yang dijanjikannyapun nggak ada (*). Pada saat itu... di mobil hanya kami berempat, suasana hening dan cukup membosankan, di perjalanan aku mencoba membeli koran sebagai bahan bacaan, ya.. agar suasana lebih rame aja. Setelah itu kami langsung menjemput Ibu, disatu sisi Ibu itu adalah ibu kandungku, disisi lain Ibu tersebut adalah Ibu wali kelas kami sewaktu kelas 1 SD dulu, sebenarnya aku cukup bingung mau panggil yang pertama atau yang kedua. Setelah menjemput Ibu, kami langsung menjemput Ririn, sebenarnya aku udah menelponnya waktu dijalan tapi emang rada-rada lelet mau gimana lagi, ketika nyampe dijalan aku sendiri yang menjemputnya kerumah & waktu nyampe bukannya langsung siap, baru pasang jilbab.

Semua udah komplit, Aku, Anug, Ririn, Nana, Amy + Ibu wali kelas, kami langsung berangkat ke Galuh. Anug yang jadi supir. Dalam perjalanan aku merasakan hal yang beda, ”ko’ sepi kali ya...” hatiku berbicara. Hanya suara Anug, Ririn dan Ibu yang bolak-balik ngobrol (entah apa aja, akupun lupa). Yang pasti, aku seperti biasa menghabiskan waktu kosong dengan membaca buku dan beberapa koran yang sengaja aku beli. Sesekali Anug bergurau, aku hanya menanggapi secara spontanitas, jujur... saat itu aku hanya kepingin mendengar suara mereka berdua. Apalagi saat aku teringat kelas 1 SD dulu, aku kenal Nana sebagai anak yang cukup agresif dan nggak pendiam seperti yang aku kenal saat ini. Amy, meskipun kata teman-teman dan ibuku waktu dulu termasuk yang pendiam tapi denganku beda, saat itu dia tanggap kepadaku dan ada hal-hal yang berbeda dengannya sekarang, yang nggak mungkin bisa aku ceritakan dalam tulisan ini. Yang pasti, aku berharap dalam perjalanan pulang nantinya mereka bisa lebih enjoy dan nggak diam & membisu seperti saat perjalanan pergi.

40 menit dalam perjalanan akhirnya kami sampai juga di Sei Galuh. Suasana Galuh berbeda, ya.. itu pasti, kiri kanan pohon sawit yang begitu tinggi, pohon sawitnya udah sangat tua. Aku pikir umur sawit itu hanya tinggal 3-4 tahun lagi. Sampai di Galuh, tujuan pertama kami langsung menuju sekolah. Aku lihat sekolahku dulu udah banyak berubah, mulai dari bangunannya yang lebih bagus dari pada dulu (meskipun nggak sebagus SD di Pekanbaru), tanahnya dan juga lingkungannya, oh ya nama sekolahnya juga udah diganti, waktu kami dulu namanya SDN 024, sekarang SDN 008, ya... aku pikir itulah kehidupan, kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari. Seperti saat ini, aku hanya bisa membayangkan bagaimana lucunya teman-teman dulu dan bagaimana kami bermain bersama. Tapi, saat dimobil aku lihat kekanan ada Anug, kebelakang ada Amy, Ririn dan Nana. Seingatku waktu dulu aku nggak terlalu akrab dengan Anug dan Ririn tapi dengan mereka berdua, khususnya Amy, aku sangat dekat meskipun kami hanya bisa bertemu disekolah. Tapi sayang mereka udah lupa dengan itu. Tapi aku sangat yakin, dari feelingku ada hal lain yang membuat dia lupa dengan kenangan itu, bukan berarti karena terlalu banyak kenangan, entah kenapa ada hal lain yang membuatku semakin ingin mengetahui kenapa penyebabnya.

Sampai di sekolah, aku segera menghubungi teman-teman yang lain, dan akhirnya kami semua tiba di sekolah dan tanpa pikir panjang kami langsung menuju kantor majelis guru. Satu persatu kami salami guru-guru yang ada. Aku pikir saat itu merupakan moment yang tepat untuk minta do’a, hehe... :)
Aku berharap mereka bisa mendo’akanku agar aku diberi kekuatan untuk bisa meraih cita-citaku, karena aku sadar cita-citaku sangat tinggi, bahkan sangat tinggi sekali. Banyak orang yang menertawakan cita-citaku ini, mereka menganggap itu adalah impian yang mustahil tapi bagiku tidak, "bagaimana aku bisa melanjutkan S2 di Harvard University, USA". Universitas No 1 Dunia. Aku ingin menjadi ahli dan pakar Hukum dunia. Aku sangat berharap, Aku bisa meraih itu dengan jembatan UGM yang saat ini menjadi Universitas no 1 di Indonesia, Insya Allah menjadi ladang ilmu yang harus aku gali untuk menyelesaikan S1 ku disana. Aku akan terus bermimpi dan tentunya berusaha dan berdo’a serta yang tidak kalah pentingnya adalah keyakinan dalam diri bahwa aku bisa dan sanggup untuk mewujudkannya dan yakinlah Allah akan mendengar dan memeluk mimpi-mimpi itu.

Guru-guru tersebut terharu dengan apa yang kami lakukan. Mereka sangat senang dan bahagia. Mereka bangga dengan kami. Berulang kali mereka bilang bahwa mereka begitu terharu dan terheran-heran sendiri, “baru kalienlah yang membuat seperti ini”, seru salah seorang guru. Saat itu aku duduk nggak lama, karena kakiku dah gatal ingin melihat-lihat keadaan sekolah dan terlebih lagi ketika aku melihat ruang kelasku. Menurutku masih seperti dulu. Jujur, aku bangga bisa mengecap sekolah disana meskipun hanya dua tahun. Disaat aku dan beberapa temanku keliling kelas, aku hanya bisa tersenyum dalam hati, aku lihat tempat dudukku dulu disamping Ricas (tapi sayang Ricasnya nggak ada), tempat duduk Amy & Nana yang masih sangat aku ingat karena tepat dibelakang tempat dudukku. Disana kami bagaikan artis, maklum jarang ada orang yang datang seperti kami, hahaha... Akupun bingung, adek-adek itu mengelilingi kami percis seperti jumpa fans aja, haha... Bahkan nggak jarang yang nyebut "abang ini caem ya !!!" kwakakak... Saat itu aku hanya bisa ketawa dalam hati. Bahkan disaat mau pulang ketika aku mau mengambil gambar ada sekumpulan adek-adek itu yang nanya, “Bg, siapa nama kakak baju putih itu?” Aku sempat nggak konek, aku baru mikir kalau Amy yang pake baju putih. “Namanya Kak Amy, kenapa dek?” jawabku. “Kirim salam dengannya ya, kami minta no Hpnya?” Saat itu, aku hanya bisa ketawa dalam hati. Sampai di Mobil aku langsung memberitahu Amy, seketika orang-orang seisi mobil tertawa dan kulihat Amy ikutan senyum-senyum malu, hehehe...

Selepas dari sekolah, kami langsung bergerak ke rumah Amy di Emplasment. Ayah Amy masih dinas disana, saat ini beliau menjadi manajer PKS (Bukan nama partai Bro!!), jadi masih ada rumah dinas dan kebetulan tuan tumahnya nggak keberatan rumahnya bisa digunakan. Dalam perjalanan menuju rumah Amy, teman-teman yang lain menyusul dengan motor mereka. Sampainya dirumah, aku pikir rumah ini adalah rumah dengan lingkungan idamanku, meskipun suhunya nggak dingin seperti di kebun teh tapi suasana hening dan sunyi membuat adrenalin dan hasratku sangat ingin tinggal disana, bukannya kenapa-kenapa tapi ada hal yang menarik dan udah lama sekali aku nggak pernah temukan di Pekanbaru. Dengan suasananya yang tenang dan sunyi ala desa, ya.. pokoknya aku kepingin suatu saat nanti mempunyai rumah jauh dari keramaian dan memiliki suasananya tenang seperti ini.

Sampai dirumah Amy aku lihat sekeliling halaman rumahnya, ternyata banyak pohon kelapa muda. Ketika melihat pohon kelapa, aku langsung tergiur untuk bisa minum air kelapa. Awalnya aku hanya pergi sendirian kebelakang rumah, kulihat nggak ada parang dan hanya tangga saja yang ada. Ketika aku mulai mengambil tangga, ada suara wanita paruh baya yang memanggilku, dek..dek.., ini parangnya”, “wah .. makasih bi”, sahutku, wanita itu adalah salah satu karyawan perusahaan yang bekerja dirumah Amy. Beberapa saat kemudian, teman-teman lain berdatangan, ada Anug, Amy, Nana, Ririn, Desi, Mikael dan Ibu. Mikael sepertinya lebih lihai dalam memanjat, bukannya aku nggak bisa tapi takut kotor aja, hehehe... Karena kelapanya udah dibelah, Ibu menyuruh Amy yang pada saat itu sebagai tuan rumah untuk ngambil tempat, tapi yang dibawanya emang bener-bener tempat doank, gelasnya nggak ada. Padahal aku udah nggak sabar mau minum air kelapa muda itu. Beberapa saat kemudian, aku mau minum, ya.. seperti biasa butuh gelas, akhirnya Amy sebagai tuan rumah yang baik sekali lagi ke dapur untuk mengambil gelas. Saat itu, hanya aku sendiri yang minum, oya Anug juga. Padahal teman-teman yang ada disekeliling udah aku tawarkan untuk ikut minum, tapi.. aku pikir mereka malu-malu mau saat itu, ya.. sebenarnya mau, Jaim sepertinya menang duel dengan rasa haus mereka :)

Setelah selesai mengambil kelapa kami bergerak menuju halaman depan, saat itu teman-teman yang lain udah menunggu. Diperjalanan aku menemukan buah pepaya yang udah jatuh ketanah (tapi masih bagus ko’), tanpa pikir panjang aku ambil buah pepaya itu, soalnya aku emang sangat suka dengan pepaya, hehe.... Disaat teman-teman menikmati air kelapa, aku sibuk mencari pisau untuk mengubas buah pepaya yang aku dapatkan. Sepertinya rasa jaim nggak mempengaruhi langkahku untuk meminjam pisau dengan bibi dirumah. Bibinya baik dan ramah, dia memberikanku pisau dan mengarahkanku dimana tempat sampah dan air untuk mencuci buah pepaya tsb. Saat bibi sedang menyetrika, aku sempat menawarkan buah pepaya tersebut kepadanya, namun dia menolak. Ia banyak bercerita... katanya ia telah sangat lama di Sei Galuh, sejak tahun 80-an, dia juga bercerita mengenai pekerjaannya disitu. Aku senang dengan orang yang mudah tanggap dan mengerti maksud dari seseorang, bukan orang yang cuek dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Karena aku asyik bercerita dengan bibi, teman-teman yang diluar mencari & memanggiku, mungkin pikirnya aku hilang, hahaha... :)

Menjelang waktu jum’at, aku sempat ngobrol dengan teman-teman cowok diluar, sambil ngobrol, mataku sempat ngantuk dan sangat ingin istirahat, meskipun hanya sebentar. Suasana panas yang luar biasa udah mulai terasa, aku bingung, “ko’ panas kali” dalam hatiku. Panasnya beda dengan di Pekanbaru, lebih terik dan lain aja, sangat beda. Meskipun Pekanbaru panas, tapi Sei Galuh ternyata lebih dari yang aku kira. Aku baru nyadar dan teringat kata Amy, “Panas di Galuh beda Ton...”, dia sempat mengingatkanku, tapi aku nggak yakin (dasar keras kepala). Tanpa sadar baju dibadanku udah basah karena keringat & nggak tau lagi mau pake baju apa. Untungnya Ibuku bawa baju cadangan, meskipun hanya baju koko buat shalat jum’at. Aku sempat menolak, tapi melihat baju dibadan yang udah basah karena keringat mau bagaimana lagi. Aku mengganti baju koko dan siap-siap untuk shalat jum’at, nggak lupa bajuku yang basah karena keringat itu langsung kujemur di jemuran belakang rumah.

Sampai di Masjid, aku sengaja mengambil saff paling depan dekat mimbar. Aku sempat teringat, disaat kelas 1 SD aku meraih juara 1 lomba adzan se- Sei Galuh di masjid itu, padahal yang menjadi lawanku adalah abang-abang kelas, banyak yang kelas 5 dan 6 SD. Mungkin itu adalah prestasi pertamaku selain menjuarai lomba-lomba 17 agustusan waktu kecil di dekat rumah, hehehe...
Aku perhatikan pelaksanaan jum’atnya, orangnya itu-itu aja, mulai dari petugas Protokol, Khatib dan Imam, “ko’ bisa begini, nggak ada yang lain”, dalam hatiku bertanya-tanya.

Selesai shalat jum’at, saat itu aku bergoncengan dengan Rino (wajahnya nggak berubah, masih seperti dulu) langsung bergegas mencari tempat untuk makan siang, awalnya kami mencari pohon ditaman tapi nggak ada yang cocok. Lalu kami alihkan perhatian ke lapangan tennis, aku melihat ada pohon gede yang sepertinya cocok dijadikan tempat untuk makan siang. Setelah kami memutuskan tempatnya disana, kami langsung bergegas pulang. Ternyata Ibunya Amy udah ada dirumah, entah ngapa suasana rumah berubah menjadi rame setelah kedatangan beliau. Aku salami beliau, yang ketika itu sempat bertanya-tanya “yang namanya Toni mana?”. Sepertinya aku masih ingat dengan wajah ibu Amy itu, meskipun dulu aku baru kelas 1 SD. Awalnya kami bercerita singkat, saat itu aku sering memperhatikan foto Amy dan keluarganya di dinding, saat aku lihat fotonya yang kebetulan adalah foto kecilnya, aku masih bisa mengingat wajah Amy disaat kelas 1 SD dulu, huhuhu... Tak lama kemudian Ibu Amy langsung ngajak makan siang dirumah, padahal saat itu aku ingin buka suara dan rasanya aku ingin bilang “Bu, makan siangnya disini ya? Kami udah cari tempatnya di bawah pohon”, tapi entah ngapa aku nggak bisa mengucapkan satu katapun, aku hanya bisa pasrah kalau makan siangnya dirumah, & aku nggak kepingin buat susah Ibunya Amy lagi.

Makan siang bersama teman-teman lama (kelas 1 SD) rasanya sebuah mimpi yang jadi kenyataan. Aku nggak ngebayangkan bisa seperti itu, menurutku berkumpul saja udah menjadi hal yang luar biasa, apalagi ditambah dengan makan siang bersama. Aku lihat, teman-teman begitu lapar, apalagi yang cowok. Lauk pauknya cukup unik, ada Urapnya yang seakan mengingatkanku dengan masa lalu. Aku tahu, urap memang makanan khas dari Galuh. Rasanya udah lama nggak makan makanan seperti itu. Sebelum makan, Ibunya Amy sempat menyuruhku untuk memimpin do’a, tapi rasanya beda aja kalau baca do’a panjang diawal-awal karena biasanya do’a panjang setelah makan. Akhirnya kami makan, mungkin akulah yang pertama kali mengarahkan nasi masuk ke mulutku, soalnya aku udah sangat lapar. Paginya aku sengaja nggak makan karena menunggu nasgor dari seseorang yang ternyata, ya.. biarlah. Dalam suasana tersebut, kami cukup asyik ngobrol, kadang-kadang ngeledek (itu kerjanya Anug), dan juga ketawa-ketawa sendiri ngilihat teman-teman yang lagi makan. Selain itu, Ibu Amy juga ikut berbaur dengan kami. Ternyata Ibu Amy orangnya gaul, asyik dan rame. Beliau begitu antusias mendengar setiap apa yang kami utarakan, dan tentunya menanggapinya dengan antusias juga. Tanpa terasa, nasi udah habis. Buah-buahan yang didepan mata siap untuk dijadikan pelengkap setelah makan, tapi banyak dari kawan-kawan yang malu (mungkin). Setelah semuanya selesai aku mulai untuk memimpin do’a, sebelum do’a aku jelaskan secara singkat kepada ibu Amy, latar belakang acara ini dan bagaimana bisa acara ini terselenggara (meskipun aku yakin Amy sendiri jauh-jauh hari udah ngejelaskan kepada Ibunya).

Setelah semua selesai, kami membereskan ruangan yang kami gunakan. Satu persatu dibersihkan, sampah-sampah bungkusan kami buang keluar. Setelah semua bersih kami duduk diruangan itu lagi, yang ada saat itu hanya aku, Anug, Ibuku, Ibu Amy dan teman-teman cewek, & aku gak ngelihat teman-teman cowok yang lain (aku yakin orang itu pasti diluar lagi asyik ngerokok, apalagi habis makan). Saat itu aku percis duduk disamping ibunya Amy, Ia banyak cerita bersama Ibuku dan tentunya Ibu wali kelas kami juga. Rupanya beliau kenal dengan Almarhum kakekku (H.Raja Yusuf Aman), ibuku sempat cerita kepadaku, ketika umurku 2-3 tahun kakekku memang sempat jadi ADM (orang yang mengepalai) di PTPN.V Sei Galuh, namun gak berapa lama kemudian, beliau pindah dinas ke Medan. Banyak hal yang kami obrolkan termasuk kisah hidup Ibunya Amy, mulai dari keluarga, perjalanan hidup dan juga tentang pertemuan dengan jodohnya, hehehe... aku hanya bisa ketawa ketika beliau menceritakan awal mula bertemu dengan ayah Amy sebelum menikah. Ada satu hal yang mungkin aku terus teringat, ketika apa yang dibilangnya sama percis dengan apa yang pernah dibilang guruku, ya... “jangan pernah tinggalkan shalat, konsisten dan tunaikanlah shalat tepat waktu”. Rupanya kalimat itu begitu menyihir batinku, sampai saat ini. Menurutku Ibu Amy begitu luar biasa, selera humornya tinggi, omongannya begitu menyihir, pandai bergaul dan juga cerdas, percis sama seperti Ibuku :).

Jarum jam menunjukkan pukul tiga kurang, waktu juga yang memaksakan kami untuk menghentikan obrolan tersebut. Sebenarnya ada beberapa skejul yang harus dikunjungi termasuk kerumah beberapa guru-guru kami. Tapi sayang sekali, aku pikir Amy dan Nana ikut bersama kami namun mereka memutuskan tinggal dan pulang ke Pekanbaru bersama Ibunya, kalo boleh jujur, aku sedikit kecewa dengan keputusan mereka tapi apa boleh buat :(, sebenarnya aku juga sempat mengajak mereka tapi sepertinya mereka udah bulat dengan keputusan tsb. Setelah mereka nggak ikut otomatis hanya ada Aku, Anug, Ririn dan Ibuku sekaligus Ibu wali kelas di Mobil. Rasanya suasana di mobil nggak seru lagi, meskipun dalam perjalanan pergi mereka hanya bisa membisu dan hanya ketawa-ketawa kecil, tapi apabila perjalanan pulang mereka masih bersama kami, aku yakin pasti beda dan nggak seperti perjalanan pergi :(.

Kami sempat mengunjungi beberapa rumah guru, ada Buk Wiwik dan Buk Torus. Buk Wiwik merupakan guru kelasku sewaktu aku masih kelas II, sebelum aku pindah beliau sempat mengajarkanku. Gurunya asyik dan sangat baik. Ada cerita lucu, ketika kami mengunjungi rumahnya, aku duduk disamping pintu, tapi ada tiga orang anak perempuan (termasuk anak buk Wiwik) yang masih SD jadi salah tingkah denganku, ngintip-ngintip dan ketawa-ketawa sendiri melihatku, kami yang ada disitu hanya bisa tertawa, hahaha... “anak kecil udah tau orang cakep”, kata buk Wiwik. Selanjutnya kerumah Buk Torus, yang merupakan guru fenomenal bagiku, beliau juga teman akrab Ibuku. Meskipun beliau agak keras cara ngomongnya (maklum ket. Batak tp Islam), tapi dia asyik. Aku teringat, ketika aku masih kecil (sblm sekolah) aku sering dibawa kesekolah oleh ibuku, ia sering menanggalkan celanaku, katanya sih Ia mau ngecek apakah aku saat itu pake celana dalam atau nggak, kwakakak... lucu juga. Dalam perjalanan pulang aku mencoba mereview apa-apa yang terjadi sebelumnya, entah kenapa ada keinginan dalam hati ini untuk bisa bertemu dengan orang-orang yang pernah aku kenal sebelumnya, siapa saja, baik itu teman, saudara, kerabat, tetangga, siapa saja. Aku sadar mencari teman itu sangat mudah, namun apakah kita menyadari bahwa terus menjalin persahabatan dan silaturahmi dengan orang yang pernah kita kenal adalah hal tersulit dalam hidup?? Bahkan kita lebih sering mengabaikan dan melupakan teman dan apabila ada maunya baru kembali ingin menjadi temanya.

Yang terakhir, meskipun nggak semua teman-teman yang membaca tulisan ini tapi aku ingin mengucapkan terima kasihku buat seluruh teman-teman yang udah mau ikut dalam reunian kita (Anug, Taufik, Rino, Nanang, Mikael, Desi, Nana, Ririn, Amy + Aku = 10 orang) walaupun udah banyak yang lupa tapi gak apa-apa, aku sangat senang dan bersyukur kita bisa berkumpul lagi, meskipun nggak semuanya yang bisa hadir. Buat Ibu wali kelas kami, dan tak ketinggalan, Ibu Amy yang telah banyak sekali membantu dan berkorban, baik itu materi ataupun tenaga sehingga terselenggaranya acara reunian kami. Aku berharap kita bisa menjadi orang yang sukses dan bisa membanggakan keluarga, agama dan tanah air, Amin...

Pekanbaru, 22 Juni 2009; (17.57 WIB)

3 comments:

Amy,  Tuesday, June 23, 2009 7:34:00 PM  

hahaha...syukur deh klo tony sk ma mkn siangnya
eh, gag smw org kok ngtwain ct2 tony, amy gag,,
asal jgn smbong aaja ntar
hehehehe :)
artikelny bgus, jd bener2 inget lg sm perjlnan kmren :)

berita ekonomi Tuesday, July 07, 2009 5:42:00 PM  

wah ini personal banget webnya..ada info tentang wisata di pekanbaru ga?tulis dunk sama cara ke sana n budgetnya berapa.thanx

Anonymous,  Friday, November 16, 2012 8:58:00 PM  

Sesekali reunian sama abang kakak senior kelen di SD dek, :D

Post a Comment

Blogger Friends

A Adni School Adam Wamback Arya Ari Laboh Asdiki Azizah Aje Ahlul Asma B Pesta Blogger C Cipuk D Dina mbah Doni Saktiawan Dewi Pertiwi Dewa Desi Martika E Eko Endi F Fajar Fadhil Thresna Fatahillah Akbar G Gibran H Hendrawan Hesa Hassan Harsya I Irene Adik J Joni K Kokok L Lagaligo M Multi N Novi_Nova P Piko Prayoga R Rifqi Ikhwanuddin S Sakeena U Ust Muallimin Y Yoyok Yogi Yugo
Copyrigth© 2008 7on1 Sponsored By Babussalam
MOHD. SULTHONI
Free, Independent & Do What He Wants to Do
Student @ Faculty of Law
5 Semester, Gadjah Mada University Live in Jogjakarta From Pekanbaru, Indonesia, ID
7on1@mail.com
Babussalam

  © Blogger template by Forza Internazionale 2011

Back to TOP