Uncertainty
>> Thursday, May 14, 2009
Dalam perjalanan kami terus mengontak mereka “kalien dah dimana? Jangan masuk dulu ya ke ruang tunggu ya!!”, “Iya..iya… tapi cepat ya…”, jawab mereka.
Ketika Aku, Toga, Kokok sampai di Airport, kami langsung berusaha secepatnya untuk menemui mereka. Tanpa pikir panjang, aku langsung menyuruh Toga yang saat itu bergonjengan dengan kokok untuk memparkirkan motornya di tempat parkir mobil. Pada saat itu memang yang aku ingat hanya bagaimana secepatnya untuk bertemu mereka.
Kami begitu bingung disana, kami nggak bertemu dengan mereka. Setelah beberapa saat mencari, aku langsung menelpon Heru, “kalien dimana sekarang?”. “Kami udah di dekat pesawat”, katanya. Mendengar itu aku langsung ngajak Toga dan Kokok keatas untuk melihat dari atas (bayar Rp. 2000/ org), kalau udah diatas nggak ada lagi harapan untuk melihat atau tatap muka secara langsung. Akhirnya aku coba untuk menelepon mereka lagi sambil berharap mereka belum masuk ke kabin pesawat, ternyata benar, dari kejauhan kami melihat mereka, pada saat itu posisi kami dan mereka sangat jauh tapi dengan riang gembira dan sedikit gila mereka bertiga bukannya masuk ke pesawat tapi langsung berlari mendekat ketempat kami, bisa dibilang kayak orang nggak pernah bertemu (gila), apalagi rapik, mereka nggak sadar bahwa mereka saat itu adalah penumpang terakhir yang masuk dan sementara itu, pintu kabin pesawat akan ditutup.
Dari kejauhan mereka sambil tertawa dan berteriak “ Woy kami berangkat lagi, do’akan ya”. Kami yang diatas juga merespon dengan suara keras dan lantang (terutama kokok) tanpa memperhatikan orang-orang di sekeliling, “Iya..iya…, hati-hati”. Ketika kami sibuk berteriak sana-sini, mereka langsung kena marah petugas bandara, “Hoy..Hoy… kalien ini ngapa-ngapain ni, cepat masuk”. Singakat cerita mereka langsung masuk ke kabin pesawat sambil melambaikan tangan kepada kami (seperti pejabat negara aja).
Saat pesawat yang mereka tumpangi take off, kami langsung bergegas pulang. Aku bingung, ketika melihat motorku yang nggak bisa hidup di starter (busi motorku dicabut), Helm kokok yang di motor Toga juga hilang. Dari belakang ada petugas parkir bandara (pakainnya seperti intel) datang menghampiri kami, Dengan nada tinggi dia bilang, “kalien parkir sembarangan, nggak tahu tempat parkir motor ya !!”, kami diam dan ketawa-ketawa aja, mau bilang apa coba, kita memang salah. Singkat cerita kami langsung dibawa ke markasnya, ternyata bukan kami aja yang kena, kami juga melihat bapak-bapak yang spontan marah-marah kepada petugas bandara tsb, tapi kami pikir untuk apa marah-marah yang salah juga kita. Kami terus mendengarkan adu mulut, kami hanya ketawa-ketawa aja. Karena kami baik-baik aja dan nggak marah-marah, petugas Bandara tersebut respect dengan kami, kami dan dia ngomong baik-baik sambil ketawa-ketawa. Pada peraturan yang ada memang menetapkan kalau untuk pelanggaran seperti yang kami buat, dikenakan biaya Rp 25.000. Tapi karena kami bertindak baik dan nggak nyembur-nyembur alias marah-marah nggak tentu arah, aku hanya menyalami uang Rp 5000 untuk denda dua motor. Wah.. untung aja.
0 comments:
Post a Comment